Sudah menjadi tradisi di kampung kami untuk merayakan maulid Nabi Muhammad SAW di masjid desa. Kami semua warga kampung mulai anak-anak hingga yang sudah tua berkumpul di masjid setelah salat Isya’ untuk merayakan hari kelahiran Nabi ini. Semua wajah terlihat gembira. Senyum dan tawa menghias setiap sudut bibir orang yang datang.
Satu persatu wadah besar yang berisi buah-buahan berdatangan dari masing-masing rumah. Sudah menjadi tradisi kami setiap rumah mengeluarkan sedekah berupa buah-buahan di sebuah wadah besar seperti ember, bakul, timba, atau wadah yang lainnya. Wadah besar yang diisi berbagai macam buah ini disebut “cocok”. Cocok boleh diisi buah apa saja. Tapi ada satu yang tidak boleh ketinggalan, yaitu buah pisang setangkep atau dua cengkeh. Saya tidak tau apa filosofinya mengapa dalam wadah itu harus ada pisang setangkep.
Selain itu masing-masing keluarga juga membawa sejumlah nasi atau kue yang biasanya di kerdus atau di wadah plastik. Tidak ada keharusan berapa yang harus dibawa. Orang kampung membawa sesuai kemampuan. Ada yang membawa enam, sepuluh, dua belas dan seterusnya yang nantinya akan dibagikan kepada jamaah yang datang. Sedangkan cocok yang berisi buah tadi akan diberikan dengan cara saling tukar. Seru sekali loh peringatan maulid di kampung kami.
Setelah semua berkumpul, semua yang hadir bersama-sama membaca maulid diba’. Lantunan sholawat pun membahana terdengar seantero kampung. Semua tampak bersemangat membacanya. Terlihat anak-anak kecil berlarian di teras masjid. Semua terlihat gembira merayakan kelahiran Nabi tercinta.